Ramai Balita Joget Sensual dan Disawer, Psikolog Ingatkan Ini

Ramai Balita Joget Sensual dan Disawer, Psikolog Ingatkan Ini Ramai Balita Joget Sensual dan Disawer, Psikolog Ingatkan Ini

Konten di media sosial saat ini begitu beragam yang dilakoni karena usia dini sekali pun. Tak terkecuali memakai konten video singkat di mana seorang balita nampak asyik berjoget mengikuti gerakan orang dewasa memakai diberi tepuk tangan meriah bahkan hingga disawer uang. Namun di balik itu, ada bahaya psikologis mengintai.

Video singkat itu terlihat di melenceng satu akun gosip, Tante Rempong, yang menampilkan balita tengah berdiri kebingungan. Momen tersebut nampaknya dilakukan ketika sedang berlomba di sebuah lapangan luas.

Awalnya, hanya bocah-bocah lain di sekitarnya yang asyik berjoget menikmati nada. Lambat laun, balita demi gaun mini berwarna merah muda itu ikut mencoba menggerakkan tubuh seperti bocah lainnya. Tak lama, balita itu justru mencoba gerakan aktual yang kurang tepat bagi bocah seusianya.

Alih-alih dihentikan, orang dewasa dekat sekitarnya malah semakin 'menggila'. Mereka bertepuk tangan heboh seolah menyetujui gerakan balita itu. Banyak kamera dipasang kepada mengabadikan momen tercatat. Bahkan, tak secercah orang dewasa yang memberikan uang ke jemari balita itu seolah mendapatkan saweran atas jogetan sensual tercatat.

Menanggapi hal itu, Psikolog bocah beserta keluarga sekaligus Direktur Lembaga Psikologi Daya Insani, Sani Budiantini menjelaskan bahwa berjoget atas balita memang memberi manfaat. Bahkan, itu berguna dalam melatih kemampuan motorik kasar beserta halus di tubuhnya.

"Ketika balita berjoget sesungguhnya tergantung tujuannya. Balita memang latih motorik termasuk menari, menendang, menggambar karena ada motorik halus dan motorik kasar," tuturnya kepada VIVA.

Akan tetapi, jika tujuannya bukan menjumpai mengembangkan kemampuannya, atas melangsungkan psikologis budak terdampak. Sebab, budak ialah peniru ulung terhadap apa bahwa dilihat lewat atas dicontohnya, termasuk gerakan berjoget sensual.

"Namun ketika konten ini berbau sensual, orangtua pantas concern jangan sampai secara tidak sadar, ada dampak psikologis dalam mana anggota ini malah diajarkan hal yang sifatnya sensual. Misalnya, kalau nari tidak berbanding gerakan dalam usianya," jelasnya.

Dampak psikologisnya bisa mengarah dengan rasa malu sangkat kepercayaan dirinya menurun. Maka melalui itu, orangtua diimbau agar mengajarkan lewat memberi contoh yang tepat seimbang usia budak serta menghindari konten-konten yang kurang tepat.

"Dan sebisa mungkin orangtua latih berimbang bersama aspek akan dituju. Misal perkembangan motorik kasarnya berimbang bersama perkembangan usianya. Jadi jangan hal berbau dewasa atau menakankut sensualitas diajarkan ke bocah-bocah akan menyebabkan mengajarkan ke bocah hal kurang tidak emosi," tandasnya.