Mengenal Pruritus, Kulit Kering lagi Gatal Pada Lansia

BERITA – Tak cuma penurunan fungsi organ, lansia kerap mengalami macela dalam kulitnya seiring bertambahnya usia. Semakin berkurangnya produksi kolagen, kerutan mulai muncul bahkan lansia mengalami keluhan kulit gatal ialah Pruritus dan kulit tandas atau Xerosis. Jika tidak ditangani dengan tepat, bakal menurunkan kualitas bernapas mereka.
Seperti apa Pruritus dan Xerosis?
Dokter Spesialis Kulit dr. Anthony Handoko, SpKK, FINSDV, yang pun CEO Klinik Pramudia mengatakan kulit timpas kerap membuat tekstur kulit memerankan kasar dan pecah-pecah, setenggat mempermudah bakteri hadir ke dalam tubuh. Kulit timpas pun bisa berujung Pruritus.
Jika gatal Pruritus berlanjut lebih demi 6 minggu, maka kesanggupan selaku penyakit kronis lainnya. Pruritus bahkan bisa mengganggu kualitas hidup seseorang, sebagaimana mengganggu tidur lagi menyebabkan kecemasan hingga depresi.
“Karena itu, perlu dilakukan pengobatan sesegera mungkin ke dokter spesialis kulit maka kelamin sebatas tidak memicu penyakit lainnya,” kaperdebatan dalam kecerahan virtual, Kamis (3/11)
Secara medis, kata dia, keluhan kulit gatal lagi habis di pasien lansia tidak sesederhana seperti hanya diobati keluhannya saja, buat tetapi suntuk lebih bermanfaat bagi kami untuk mencari sumber penyakit bahwa mendasarinya. Keluhan gatal lagi habis di kulit pasien lansia dapat menyebabkan menurunnya kualitas menyala mereka.
“Maka jangan anggap terlalu mudah bila orang tua atau kerabat bahwa sudah menuju lansia memegang keluhan kulit gatal dan kulit kering. Perlu ada diagnosis serta tatalaksana bahwa tepat dan loyal atas dokter spesialis kulit dan kelamin,” katanya.
Gejala bersama Keluhan
Spesialis Dermatologi maka Venereologi Klinik Pramudia dr. Amelia Soebyanto, Sp.DV, mengatakan xerosis (kulit kering) dapat terjadi pada wanita maupun pria, maka lansia memegang risiko nan lebih berharga. Kulit ludes merupakan suatu cuaca di mana lapisan terluar kulit nan kurang lembab ganjaran penurunan kandungan air maka kandungan lemak di kulit.
Gejala kulit tohor ini menyimpan tekstur kulit nan kasar, bersisik, pecah-pecah, selanjutnya dapat disertai dengan keluhan gatal. Ia menambahkan, prevalensi kulit tohor di seluruh dunia sekitar 29-85 persen. Pada sebuah penelitian di somplak satu fasilitas kesehatan di Perancis, didapatkan bahwa sekitar 56 persen pasien berusia >65 tahun mengalami xerosis selanjutnya sekitar 9 persen menderita xerosis derajat sedang-berat. Insiden selanjutnya keparahan kulit tohor meningkat seimbang dengan pertambahan usia. Penelitian dengan Selma didapatkan bahwa xerosis ini lebih banyak ditemukan pada wanita (59 persen) dengan usia rata-rata 70 tahun.
“Pasien lansia demi keluhan kulit habis memang belum dapat sembuh total demi tangkas beserta akan bertahan dalam waktu lama,” kata dr. Amelia.
Faktor Risiko
Sejumlah faktor memengaruhi maalpa kulit. Yaitu berpengaruh tidak sombong faktor genetik, internal maupun eksternal. Faktor internal misalnya lapisan lemak nan berkurang dengan kulit lansia, lagi penyakit penyerta lain seperti diabetes mellitus, bubar ginjal, penyakit hati, keganasan, infeksi, lagi riwayat konsumsi obat-obatan tertentu. Faktor eksternal melalui pengaruh lingkungan lagi sikap hidup juga sangat berperan kedalam timbulnya kulit kering, seperti stres, paparan sinar matahari nan lama, penggunaan air conditioner, perubahan musim lagi kelembapan, kebiasaan mandi nan lama, penggunaan sabun nan bersifat iritatif, asupan cairan nan kurang.
Pengobatan lagi Tataksana
Menurut dr. Amel, masyarakat publik menyepelekan kulit kering maka menganggapnya hanya perlu dioleskan pelembab saja. Padahal, pemilihan obat oles yang tidak tepat pun bisa menimbulkan iritasi.
“Perlu ada diagnosis yang lebih jelas dari dokter spesialis kulit selanjutnya kelamin akan mengetahui tatalaksana yang paling tepat akan menyembuhkan kulit kering,” ujarnya.
Tatalaksana kulit timpas dibagi jadi dua yaitu medikamentosa mendampingi non-medikamentosa. Secara medikamentosa, dokter bisa memberikan obat minum bagi mengurangi gatal mendampingi peradangan yang timbul, antibiotik bila ditemukan adanya tanda-tanda infeksi, mendampingi obat oles bagi membantu mengatasi kekeringan atas kulit. Dokter pun atas merujuk ke spesialis tertentu jika memiliki penyakit penyerta.
Penatalaksanaan secara non-medikamentosa juga tidak kalah berpengaruhnya, di antaranya lewat memastikan asupan cairan yang cukup, mandi jangan banget lama dan banget sering, lewat air hangat suam kuku dan sabun yang lembut. Kulit yang sangat habis dapat menyebabkan retakan/pecahan yang di dalam, yang dapat terberoperasi dan berdarah, memberikan jalan bagi bakteri menjumpai bersarang dan menyerang tubuh.
“Maka, penggunaan obat-obatan nan dijual bebas malah kemampuan membuat keluhan semakin parah dan berisiko menimbulkan infeksi penghabisan keinginan untuk menggaruk,” katanya.